Friday, July 8, 2016

Dua Ribu Tiga Belas



Bersama kita pernah datang dengan setelan hitam putih yang senada
Bersama kita pernah mengulurkan jabat tangan dan menawarkan seulas senyuman
Menyebutkan nama-nama yang pada awalnya susah kuhapalkan
Menyuguhkan wajah-wajah yang pada awalnya susah kubedakan
Bersama kita pernah datang pada hari pertama
Merasa canggung menuntut ilmu tanpa berseragam putih biru maupun putih abu-abu
Merasa canggung bertransformasi dari buku tulis menjadi lembar-lembar binder yang tipis
Bersama kita pernah tertunduk berharap tak ditunjuk
Bersama kita pernah memberanikan diri mengacungkan jari
Bersama kita pernah bertepuk tangan untuk jawaban-jawaban yang tepat sasaran
Bersama kita pernah menertawakan celotehan yang terucap spontan
Bersama kita pernah menguap bosan pada rutinitas yang semakin tak karuan

Bersama kita pernah dihimpit deadline yang sama
Segala media sosial penuh sesak akan keluhan yang masing-masing dari kita pun rasakan
Bersama kita pernah berlarian menuju loker-loker di lantai dua
Persetan dengan mandi, apalagi menyemprotkan minyak wangi
Yang penting lembar-lembar ini segera sampai dan dinilai
Bersama kita pernah datang di waktu yang tepat
Bersama pula kita juga pernah beberapa kali terlambat
Bersama kita pernah melalui malam-malam yang terlalu singkat
Untuk tugas 3000 kata yang entah bagaimanapun caranya harus tetap dibuat
Bersama kita pernah melalui hari-hari yang terlalu panjang
Untuk 3 kali jadwal kelas dengan materi-materi yang melelahkan
Bersama kita pernah mengumpat pada pihak-pihak yang itu-itu saja
Bersama kita pernah begitu muak akan himpitan warna jingga
Dan segala sudut serta temboknya yang seakan memenjara

Entah sudah berapa kali kita berfoto di dinding yang sama
Entah sudah berapa kali rumah kedua kita ini kebanjiran
Entah sudah berapa kali matahari berpijar dengan berlebihan
Entah sudah berapa kali kita terlambat mengembalikan buku-buku perpustakaan
Entah sudah berapa kali aku duduk di kursi yang sama
Entah sudah berapa kali aku berganti tas dan memakai setelan baju yang itu-itu saja

Satu lagi malam berhasil terlewati
Satu lagi hari menanti untuk dilalui
Tiga revolusi bumi terhadap matahari sebagai porosnya
Dan kita semua masih bersama
Tiga revolusi bumi terhadap matahari sebagai porosnya
Kadang terasa sesingkat kita mengedipkan mata
Tiga revolusi bumi terhadap matahari sebagai porosnya
Kadang juga terasa layaknya jeda yang tiada pangkal ujungnya
Tiga revolusi bumi terhadap matahari sebagai porosnya
Berapa lama lagi waktu yang disisakan oleh Tuhan untuk kita tetap bersama?

Entah sudah berapa kali kita saling menyapa
Entah sudah berapa lama beberapa dari kita tak lagi bertegur sapa
Entah sudah berapa kali kita bercanda tertawa terbahak tercekat
Entah sudah berapa lama beberapa dari kita memendam sakit hati rapat-rapat
Entah sudah berapa kali kita satu kelompok dan bekerja sama
Entah sudah berapa lama beberapa dari kita tak nyaman dengan beberapa yang lainnya
Ada yang cintanya terus tumbuh dalam teguh
Ada yang cintanya meranggas dan terhempas

Jarum jam senantiasa berputar
Langit yang benderang lalu menggelap lantas berpijar
Tanah kerontang lalu becek lantas membiaskan lampu yang berpendar

Kita ibarat langit sore yang ditenggelamkan senja
Namun terlahir kembali setiap pagi dengan semangat yang sama
Bahkan lebih menggelora

Namun hanya bersama kalian,
Beban ibarat tas ransel yang bisa kulepas dan letakkan
Namun hanya bersama kalian,
Mentari yang benderang menyilaukan bisa dalam sekejap disisihkan pijar rembulan
Namun hanya bersama kalian,
3000 kata narasi, materi presentasi, dan video-video dadakan adalah sebuah manifestasi perjuangan
Namun hanya bersama kalian,
Aku bersyukur atas setiap waktu yang sukarela kalian sisihkan

Waktu
Adalah hal termulia yang Tuhan anugerahkan
Melalui hadirnya kalian
Tiap detak jam dan detiknya yang kita bersama habiskan
Tak akan pernah siapapun dapat kembalikan

Suatu saat nanti kita akan terlalu tua untuk mengingat semua materi semester enam
Namun kita tidak akan terlalu tua untuk mengingat umpatan atas kelas-kelas yang mendadak ditiadakan
Suatu saat nanti kita akan terlalu tua untuk mengingat materi kuliah
Namun kita tidak akan terlalu tua untuk mengingat memori-memori indah
Suatu saat nanti kita akan terlalu tua untuk mengingat kesalahpahaman yang belum tuntas
Namun kita tidak akan terlalu tua untuk mengingat kita dua ribu tiga belas

Setelah ini
Waktu kita bersama tak lama lagi
Setelah ini
Semua permasalahan lekas kita sudahi
Setelah ini
Mari kita mulai kembali
Mari menjadi versi paling baik dari diri kita sendiri
Karena perjuangan kita sejauh ini
Bukan hanya guna mencapai garis akhir kita beberapa semester lagi
Perjuangan yang kita lalui
Senantiasa berlanjut dan tak akan pernah terhenti